Peziarahan Rohani Belitung – Bangka Para romo Dekenat Tengah – Keuskupan Purwokerto



First day @Belitung-Bangka.



Sesudah bergelut dalam dinamika Pekan Suci, sejenak para romo dekenat tengah ambil jarak dr sgl kesibukan harian paroki dgn refresing ke Bangka-Belitung. Rombongan para romo (mo Puryatno, mo Suratman, mo Boni, mo Deddy, mo Suraji, mo Agung, mo Sumanto, mo Dimas, mo Joko, mo Tejo, fr Agung) tiba di Gambir di pagi umun-umun. Tanpa basa-basi kami langsung meluncur ke Bandara Soekarno-Hatta. Tiba di Bandara pukul 03.30. Mo tri tiba di bandara jam 4.30. Pada Jam 6.05, kami terbang bersama Sriwijaya ke Belitung selama 1 jam. Kedatangan kami disambut Pak Herman, pria asal Jakarta, yg akan menemani kami tour Bangka Belitung. Mie Bangka menjadi menu pembuka tour kami di hari pertama..."emmm..nyoss". Setelah dikenyangkan dgn mie bangka kami diantar ke Kaulin (nek neng jawa yoo kaya bukit kapur). Kaulin ini digunakan sebagai campuran pembuat keramik bahkan bisa utk kecantikan (sing kulite pengen putih bisa luluran pake tepung kaulin ini). Tempatnya eksotis.. "waoow". Saking kagumnya mo Boni brtanya, "Eh ini air danaunya dr mana yaa?", dan kami hanya terbengong dengar pertnyaan itu. Setelah foto2 kmi teruskan prjlanan menuju Bukit Berahu...(eiitt hurufe aja ana sing dganti loh..u-i). 
Kami makan siang di restoran dynasti lantas menuju Lor-In utk meletakkan barang2 bawaan kami. Sejam kemudian, kami pergi ke Pantai Laskar Pelangi...(disini tiada hentinya mo deddy menyanyikan lagu laskar pelangi "mimpi adlah kunci" #soundtrack film laskar pelangi). Keindahan alam pantainya membuat kami tak kunjung beranjak pergi...sekali lagi "waooww..". 

Setelah berlelah menjelajah Pantai Laskar Pelangi kami break ditemani es kelapa muda...(suegeerrr) sembari ngobrol2 santai menanti senja. Jam 17.30 kami meluncur ke pemukiman nelayan utk foto2 menanti senja (sunset). Perjalanan hari pertama belum usai, kami lantas ke Pantai Kelayang untuk makan malam di tepi pantai. Menu makan malam : Ikan kembung, cumi tepung, sop ikan..Para romo tampak makan dgn lahap...(keringat bercucuran..basah!!). 

Setelah makan, kami kembali ke penginapan dan mempersiapkan ekaristi. Pukul 20.15 kami merayakan ekaristi dipimpin oleh mo Boni. Inilah perjalanan hari pertama di kota Belitung. Perjalanan ini kami syukuri sebagai tanda cinta yang Tuhan berikan kepada kami melalui alam yg bisa kami nikmati dan orang2 baik yang kami jumpai. Biarlah hari pertama kami di Belitung menjadi pembuka kekaguman kami kepadaMu menuju kekaguman2 lainnya....(sekali lagi...waooww #p.bekti) 

Second day
“Menangkap” Allah yang penuh cinta dalam alam ciptaan

Rasanya baru sebentar memejamkan mata, berkas-berkas sinar matahari pagi telah berhasil membangunkan kami dr mimpi....(bangun lantas mandi). Acara hari kedua di Belitung kami buka dgn Ekaristi di alam terbuka. Inilah suatu perayaan kesatuan antara ciptaan (mnusia dan alam) dgn Sang Pencipta. "Mari mensyukuri rahmat Allah kepada kita melalui orang2 dan alam ciptaan yg bs kita nikmati...", demikan ajakan mo Sumanto sbg asupan rohani utk bekal sehari ini. Sesudah ekaristi, kami langsung sarapan. Lor-In menyediakan menu nasi goreng dan roti. Oleh karena setengah hri ini akan diisi dgn keliling pulau dan snorkeling (selam permukaan), para romo sarapan dgn lahap (menu nasi goreng dan menu roti ludes..."katanya sbg persiapan renang-snorkeling haha"). 

Tepat pukul 08.00 kami telah bersiap2 utk keliling pulau siap dgn senjata renang dan snorkel. Kurang lebih 5 menit dr penginapan, kami telah sampai di tempat penyeberangan. Kami menyeberang naik perahu. Pulau pertama yg kami singgahi adlh Pulau Berlayar yg berpasir putih. Di sebut Pulau Berlayar karena ada dua batu besar menjulang tinggi yg menyimbolkan persaingan antara kedua batu berlayar. Mata kami membelalak dan teriakan...."waaaoooww....." menjadi luapan kekaguman kami pd Allah atas ciptaanNya yg super indah....Tidak berlama2 di pulau ini, kami lanjutkan perjalanan ke Pulau Pasir. Pulau Pasir terlihat sperti gundukan pasir putih di tengah lautan luas. Luasnya tak seberapa di banding Pulau Berlayar. Ketika kami menjejakkan kaki di atas pulau ini, kami kembali terpukau, "bahkan mo Puryatno sempat membuat peta lokasi Keuskupan Purwokerto di pulau ini...di sini KP. Sementara romo lain berdecak tanpa kata (sebab hanya tetdengar ckckckc). Setelah puas di Pulau Pasir (mo deddy menyebutnya Pulau Mini), kmi lanjutkan perjalanan menuju Pulau Lengkuas. 

Pulau Lengkuas 
Keindahan laut dgn air yg jernih dan pulau yg cantik membuat kami smakin menyadari kebesaran Sang Pencipta. Kesempatan snorkeling yg dilakukan para romo dan frater merupakan moment khusus mencecap dan menikmati cinta Allah melalui ciptaan. Memang tdk smua romo ikut snorkeling sebab ada yg tetap berada di atas perahu mengamati mrka yg snorkeling atau ada yg memberi roti pd ikan2 yg berkerumun di skitaran perahu...waooww cantik, indah..pokoke apik. Bahkan mereka (para snorkeler....mbuh apa istilahe ) berenang ke tepian menuju Pulau Lengkuas. Dan yg lain tetap naik perahu menuju Pulau Lengkuas. Di pulau ini ada satu mercusuar tinggalan Belanda yang dibuat thn 1882 an. Konon dibalik pendirian mercusuar ini ada kisah2 ritual korban yg dibuat oleh orang Belanda. Di Pulau ini pula kami menghabiskan waktu hingga tengah hari utk berenang. 

Pulau Burung 
Setelah cukup, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Burung. Bekal makan siang yg tlah disiapkan oleh Pak Herman kami santap di Pulau Burung ini. Adapun Pulau Burung memiliki area cukup luas. Di dlmnya ada beberapa rumah bambu yg jarang ditempati (mungkin hanya ditempati utk waktu2 ttt). Meski bgitu pulau ini tetap menghadirkan kekaguman di hati kmi. Kurang lebih pukul 11.45 an kami meninggalkan Pulau Burung utk kmbali ke penginapan. Waktu tempuh dr Pulau Burung ke penginapan 35 menitan. Sesampai di penginapan kami istirahat... 

Inilah kisah kami selama setengah hari ini ('kita ber-ekopastoral", kata mo Sumanto) Setidaknya kami bisa mencecap sekaligus mengasup kekayaan cinta yg Allah berikan kpd kmi melalui dunia. Kami sadar bhwa kami adl ciptaan. Kami adl bagian komunitas kehidupan. Sebab pusat kehidupan tak ada dlm diri kami yg terkadang merasa "di atas" ciptaan lainnya sebab kami ada di tengah-tengah komunitas kehidupan. Sejenak sebelum istirahat siang kami bermenung akan kekinian kmi yg kian masuk ke dlm relasi dgn Allah yg hidup. Allah yg masuk dlm dunia penuh rahmat pd segenap ciptaan dgn sepenuh Cinta...to be continued.. 


Di sini ada sejarah, antropologi, teologi

Rrrriiingg...pukul 16.00 pr romo dan frater tlah bersiap utk ke kota Belitung. Sore ini kami mendatangi toko oleh2 khas Belitung utk sekedar membeli buah tangan bagi anggota komunitas, rekan dan karyawan, maupun keluarga. Ini bentuk cinta kami kpd orang2 di dekat kami....Mari berbagi..

Sesudah puas mondar-mandir di toko oleh2, kami berkunjung ke Paroki Regina Pacis Tanjung Pandan-Belitung. Inilah satu-satunya Gereja Katolik di kota Belitung. Ada dua imam yg brkarya di paroki ini, salah satunya adl Rm. Hans, Pr yg kebetulan ada di rumah dan menerima kedatangan kami. Gereja Regina Pacis memiliki 3 stasi dgn jumlah umat sekitar 1.200 jiwa (mo Suraji bilang ora adoh karo Banjarnegara hehe). Paroki ini berdiri tahun 1951 an. 

Paroki RP masuk di dlm wilayah Keuskupan Pangkalpinang dengan jumlah imam disosesan sebanyak 60 imam (luwih akeh sithik dr KP). Bahkan baru setahun ini keuskupan membuka seminari menengah sbg tempat pendidikan awal calon imam...(KP akan menyusul...) 

"Kisah perjumpaan yg mencerahkan"

Jangan pernah lupakan sejarah !! Kiranya tepat utk membuka kisah ini sebab sejak mula kami berjumpa dgn rm. Hans, beliau bnyak bercerita ttg sejarah umat dan masyarakat Belitung (mo Suraji tampak tak asing dgn rm Hans-jumpa komisi). Dan berkat perjumpaan ini pertanyaan eksistensial ttg situasi penduduk, tiadanya angkotan, serta jarangnya orang2 di sekitaran rmah (sepanjang jalan yg sepi) yg muncul dlm hati beberapa romo bisa TERJAWAB. Apa jawabnya, ada di bawah ini....

Paroki Regina Pacis berdiri di tanah aset Perusahaan Timah (dulunyaa...). Th 80 an perusahaan tambang timah alami penurunan hasil (bangkrut). Mereka mengurangi usaha tambang dengan mem-PHK banyak pekerja tanpa menjual aset-aset perusahaan mereka di tanah Belitung. Alhasil selang waktu krisis muncullah perusahaan2 liar. Rm. Hans bercerita bahwa sejarah mengisahkan kota Belitung sebagai kota tambang timah. Tak heran apabila banyak penduduk Belitung bekerja sebagai pekerja tambang timah. Tak ada kebiasaan berkebun, tak ada kebiasaan mbengkel, tak ada kebiasaan belajar...pokoke sakabehe kerja nambang timah. Ini yg membuat kota Belitung sepi, tiada angkotan, tiada kebiasaan berkebun.....Perjumpaan antar pribadi (interaksi sosial) hanya terjadi di warung kopi. Demikian kota Belitung berkembang menjadi kota industri tambang timah dgn mayoritas penduduk bekerja sbg buruhnya.

Mengapa mereka lebih suka bekerja sbg pekerja tambang? Tak lain tak bukan karna penghasilan yg lebih menjanjikan. Harga timah 1 Kg bisa sampai 100 rb. Selain harga yg 'waoow', sekali menambang mereka bisa mendapat timah itu sndiri, kualin, kuarsa, dan pasir...(Ini Double bahkan fourple effect...hehe). Keuntungan ini yg membuat mreka tertutup dgn peluang2 kerja lain. Mereka terpaku pada satu bidang kerja saja (lah buat apa brkebun, mbengkel klo nambang aja untungnya lebih besar)

Warung Kopi sbg warung kelas sosial

Perbedaan status sosial sedmikian kentara di dlm kehidupan penduduk Belitung. Dapat dilihat dari status kepemilikan modal, kawasan kota Belitung terbagi dalam 3 bagian, yaitu kawasan kaya (pemodal), kawasan pekerja, kawasan sawang. Mereka yg tinggal di kawasan Sawang adl penduduk asli Belitung (suku asli). Nama tempat mereka tinggal adl Hulu sebrang (terkait dgn kebiasaan yg mereka lakukan yi menyebrangkan orang...).

Pemilahan kawasan itu kian mengabadikan adanya perbedaan status sosial di antara mereka. Mencoloknya perbedaan kelas dpt dilihat dr adanya warung kopi pekerja (buruh) dan warung kopi kelas menengah- atas. Di tempat inilah interaksi sosial terjadi, dan kelas sosial kian kentara. Kebiasaan makan dan minum di warung kopi ini pula yg memperkuat tiadanya tradisi makan bersama dlm kluarga (mreka udah harus kerja). Tetapi tenang, kini sudah ada warung kopi yg bisa didatangi siapa saja tanpa memandang kelas...ini sebuah perubahan...(Mau mencobaaa...)

Benih perubahan berkat 'pendatang'

Masyarakat Belitung sendiri kebanyakan bersuku melayu dgn mayoritas penduduknya beragama muslim. Agama-agama lain yg berkembang bnyak dibawa oleh pendatang (Katolik-Kristen, Budha, Kong Hu Cu) dan kehidupan mreka sedikit bnyak mempengaruhi pola hidup penduduk asli. Kehadiran orang2 Tionghoa misalnya, awalnya mereka didatangkan oleh perusahan2 timah utk memenuhi kebutuhan kerja di perusahannya: akuntan, tukang service, mbengkel, dll dan mereka beragama katolik, Budha atau Kong Hu Cu.

Ada Pelangi di Belitung

Geliat hidup sosial ekonomi masyarakat Belitung kian terpicu melalui kemunculan Laskar Pelangi -Andrea Hirata- yg menampilkan eksotisnya alam Belitung. Orang mulai terbuka mata dan hatinya bahwa kerja tak hanya menjadi buruh, pekerja tapi juga jasa dan dagang. Ada pelangi di bumi Belitung. Setidaknya masyarakat mengalami pengubahan cara pandang maupun cara kerja ykni dari pekerja tambang menjadi pekerja jasa. Sejak Laskar Pelangi muncul tanah Belitung kian dikenal masyarakat luas karena keindahan alamnya. Inilah pelangi di kota Belitung. Keindahan yg lama tersembunyi dan kini mulai menampakkan diri di setiap hati.

Setelah berkunjung ke paroki RP usai, kami melanjutkan acara makan mallam di restauran Dinasti. Lalu kmbali ke Lor-In untuk preparasi acara esok hari ke Bangka dan istirahat......zzzzzzz....

Kami memujiMu ya Allahku. Segala kemuliaan bagi keagunganMu di atas muka bumi.....Thanks God

Third day
Di tengah kesunyian pagi ada kehangatan hati. Inilah perjamuan persaudaraan kami

Hujan pagii ini membuat matahari tak segairah kemarin, langit menjadi lebih gelap dan hawa dingin lebih terasa oleh kmi. Tetapi ini tak mengurangi semangat kami utk meneruskan perjalanan rohani menuju Bangka. Pukul 06.00, satu persatu para rm datang ke ruang makan utk sarapan. Seusai sarapan, kami cek kmbali barang2 bawaan kami sebelum akhirnya check out dr Lor-In. Pukul 07.00 kami meninggalkan penginapan menuju Bandara Hanandjoeddin- Tanjung Pandan-Belitung. 

Gerimis masih turun, tanah-tanah basah kian mendinginkan perjalanan kami (koyo mlaku wae ...). Mobil yg kami tumpangi menyusuri jalan aspal baru di antara tanah kosong, kebun kelapa sawit yg luas dan tanah-tanah kosong...pagii yg senyap. Tapi itu suasana di luar sana. Sementara di dlm hati kami ada sukacita mendalam atas pengalaman iman yg kami alami di Belitung pun kebersamaan kami kian hangat dan hidup (kebersamaan dlm persaudaraan). Bentuk kebersamaan dlm kasih yg nampak mllui sapaaan-sapaan personal dan intim satu sama lain. Bayangkan saja mo Deddy yg bertubuh tambun, mo Dimas yg bertubuh ramping, dan mo Tejo yg kalem "menggeruduk" atau "nglithiki" mo Boni. Mo Boni sontak berteriak keras2, "a..aaaa....aaa. Aaa...aaa", (bisa dibayangkan bgaimana suasana di dlm mobil). Ini adalah kehangatan cinta. 

Bayangkan pula bila ada nama-nama baru muncul di sini. Saat pr romo sibuk mengurus "trasi" (oleh-oleh khas Belitung). Jika tak ditutup rapat, bau trasi itu akan menyebar kemana2. Maka pr romo sibuk membungkus trasi itu dgn plastik hingga rpat. Tiba2 di tengah obrolan hangat di mobil muncul nama baru..."Trasi-sius"...(tau tow maksudnya hihi...#di antara pr romo yg tertawa hanya mo deddy yg paling keras ketawanya). Atau nama Suraji-Yanto, yg muncul saat seorang romo tanya pada sopir (namanya Pak Yanto) apakah bandara yg dituju itu sama saat kita tiba di Belitung? Sementara menunggu jawaban Pak Yanto, suasana cukup hening. Ternyata tak ada jawaban dr Pak Yanto (mungkin gakk denger). Tiba-tiba ada suara, "yaa..sama, sama" (mo Suraji sec spontan bersuara). Sontak pr romo kaget loh suarane sopo iki...woooo...Suraji-yanto2x.. tow...semua tergelak tawa. Kini kmi punya anggota baru : ada Trasi-sius, ada SurajiYanto...Ini kasih. Ini cinta di antara kami. Ini kehangatan dlm persaudaraan antar imam. 

Selama 1 jam kami menyusuri jalanan yg sepi, akhirnya kami smpai di Bandara Hanandjoedin. Keramaian Bandara sudah begitu terasa (meski tak seramai bandara jogja apalagi jakarta). Kami tiba di bndara pukul 08.00. Untuk kemudian terbang brsama Sky pukul 09.15 menuju Bangka selama 40 menit.

Gua Bunda Maria Yung Fo

Setiba di Bandara Bangka, kami langsung naik Bus pariwisata yg akan mengantar kami keliling Bangka. Tujuan pertama kami di Bangka adalah Keuskupan Pangkal Pinang. Rencana kami akan merayakan ekaristi di Gua Bunda Maria Yung Fo (satu kompleks dgn keuskupan). Kalau di KP, Gua Bunda Maria ini yo ƍαќ jauh beda sama gua maria sendang Beji, atau Gua Maria-nya Klampok. 
Kedatangan kami di keuskupan disambut oleh Sr. Mariana, KKS. Apa itu KKS (Komisi Kitab Suci...? Bukan!!. KKS itu Kongregasi Keluarga Kudus..#oooww..). Rencana misa di gua terurungkan karena gerimis. Meski begitu, kami semua menyempatkan diri untuk berdoa di Gua Bunda Maria Yung Fo. Lantas seijin Sr. Mariana, KKS, kami misa di kapel. Misa dipimpin oleh mo Joko. 

Seusai misa, Sr. Mariana mengundang kami utk minum. Kami tidak bertemu dgn uskup Hillarius karena beliau sedang ada acara di luar kota. Seusai minum dan istirhat kami lanjutkan perjalanan ke kota utk makan siang di resto seafood dan membeli buah tangan (jajanan). Dilihat dari sisi ekonomi, nampaknya Bangka lebih maju drpada Belitung. Pusat2 perdagangan, sarana transportasi dan interaksi sosial masyarakatnya lebih semarak. 

Pukul 14.00 kami berjalan keluar kota Bangka menuju hotel dgn wktu tempuh 1 jam. Pukul 15.00 kami tiba di Parai Beach Resort and Spa Sungailiat-Bangka. Setelah urusan check-In usai, beberapa romo berdinamika pribadi. Ada yg renang di pantai, ada yg foto2 di atas karang di Parai, ada yg istirahat.... Pada senja hari, kami ke cafe tuk menikmati welcome drink...(Dibuang sayang Jus nanas + apel...lumayan). Pukul 18.00 kami keluar utk dinner di RM. Seafood and chinesfood Liong Ki.
Setelah makan kami kembli ke hotel.....di sini kami berhenti dr sgl aktivitas......kami bersukacita dlm keheningan mallam di Parai....

Terimakasih Tuhan utk sukacita, kehangatan, dan kebersamaan ini....kembalii kami haturkan kepadaMu.....zzzzzzzz

Fourth day
Peziarahan iman melintas “waktu”

Pagii di Parai,
Sejuk dan segar di Parai...

Kami memulai hari ini dgn sarapan di ruang makan hotel di pinggir pantai. Pantai yg indah kian menambah nikmat sarapan kami, "amazing"...Pagii ini kami lebih santai...kami benar-benar menikmati pagii di Parai.

Pukul 08.45 kami meluncur ke Gua Maria Belinyu. Waktu tempuh dari Parai sekitar 1,5 jam. Kami tiba di GM Belinyu jam 10.00. Sbelum kami berziarah dan ekaristi di GM. Belinyu kami berkunjung lebih dulu ke pastoran. Kami bertemu dgn Rm. Joseph Setyawan, Pr. Omong punya omong...ternyata eh ternyata...Rm. Joseph Setyawan, biasa dipanggil mo Iwan memiliki darah ke(banyumas)an. Orangtuanya berasal dari stasi Kalialang, Paroki St. Agustinus Purbalingga. Kini mereka tinggal di Jakarta, "Waaooww...neng Belinyu ketemu sedulure dhewek yaa".

Rm. Iwan berkarya di Paroki selama kurang lebih 4 tahunan bersama dgn Rm. Zakaria, Pr (pastor kepala). Paroki St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Belinyu memiliki umat sekitar 600 jiwa dgn 2 stasi. Ekaristi mingguan dilayani 2 kali, sabtu sore dan minggu pagii. Di sekitar paroki terdapat sekolah-sekolah karya pendidikan : KB TK. St. Agnes dan SLTP St. Yoseph. Mitra karya keparokian adalah komunitas suster KKS. 

Berawal dari Harapan dan kerinduan umat

Harapan dan semangat umat Paroki Belinyu utk membangun Gua Maria telah muncul sejak tahun 1988. Waktu itu romo parokinya adl Rm. WH. Lambregts, SS.CC (alm). Harapan dan semangat itu kian berkobar dan diteruskan oleh Rm. Van Dongen, SS.CC (yg menggantikan Rm. Lamregts) bersama DPP. Kisah penentuan lokasi pembangunan gua mengalami proses panjang sampai Rm. Marcel Arnould, MEP (Misionaris Perancis) berkarya di paroki ini menggantikan romo seblumnya. Rm. Arnold bersama DPP msh menentukkan lokasi pembangunan gua.

Di tengah pencarian itu, Allah memberi pencerahan dgn mendatangkan keluarga yg menyumbangkan bukit miliknya utk dibangun gua di atasnya. Bukit ini dikenal dgn bukit Moh Thian Liang yg berarti Bukit Menggapai Langit. Di Bukit Moh Thian Liang terdapt bnyak pohon karet, durian dan cempedak. Rencana pembangunan kian mengerucut nyata. Romo dan DPP melaporkan rencana ini kepada uskup (25 Mei 1996). Uskup pun setuju.

Mimpi iman : Gua Maria Bunda Pelindung Segala Bangsa

Mimpi Rm. Marcel sebanyak 3 kali berturut-turut, "bahwa di sekitar batu yg dipakai sementara menempatkan patung Bunda Maria utk brdoa rosario pertama kali, ada batu lagi di bawah tanah yg blum digali. Ada 3 batu di depan patung Bunda Maria (saat ini). Maka dengan mengikuti mimpi Rm. Marcel, mereka menggali tanah dan menemukan 3 batu itu. Pada tanggal 8 Desember 1999, Gua Maria diberkati oleh Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang. Nama Gua Maria ini, "Maria Bunda Pelindung Segala Bangsa".

Sarana pendukung yg ada di Gua Maria ada Jalan Salib yang baru diberkati 31 Agustus 2002 oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD. Nah, kalau kita mau menginap di sekitar Gua Maria kita bisa menginap di biara susteran KKS Belinyu utk 20 orang. Waktu ziarah : Bulan mei dan oktober, bulan juni-juli, desember-januari, imlek, Idul Fitri, Cengbeng (melu promosi kiee...hihihi).

Hidup menggereja umat yg menggeliat lambat

Kendati umat telah memiliki Gua Maria Bunda segala bangsa, gairah dan geliat umat dlm menggereja berjalan lambat. Gereja (romo) harus "ngopyak-opyak" utk kehadiran dan keterlibatan umat dlm gereja. Namun ini tak selalu mudah. Rm. Iwan mengatakan, "sulit mengajak umat utk hadir dlm ekaristi". Tidak heran jika di dlm gereja terpasang poster bertuliskan visi misi paroki dan keuskupan (seperti arhal di KP) yg menekankan aspek partisipatif umat dlm menggereja dan sebaliknya. Apa yg menyebabkan umat sulit mengembangkan hidup menggereja? Salah satunya adl tradisi judi yg sulit dihilangkan. Mereka lebih memilih judi drpd berdoa atau berkegiatan di gereja. Selain juga pengaruh ekonomi dan pendidikan yg mendorong bnyak umat utk hijrah keluar kota Belinyu.

Kata kuncinya "Kesaksian" : Komunitas yg solid

Di Gua Maria Belinyu kami merayakan ekaristi. Romo Iwan pun turut ekaristi bersama kami. Nah, Judul di atas diambil dr homili mo Suraji dlm ekaristi hari keempat di dlm peziarahan kami. Kata kunci yg ditekankan adl "kesaksian". Kesaksian sndiri buah dr penglaman terpecah2 yg dikumpulkan, dihayati dan hidupi. Kesaksian menjadi hidup berkat adnya komunitas. Komunitas yg menjadi bagian hidupnya dan komunitas yg mendukung kesaksian itu (Konsolidasi). Ziarah n rekreasi mnjdi kesempatan utk memperteguh atau memperkuat hubungan, persatuan dan persaudaraan (iki ketoke sing dimaksud kon-solid-asi...) sehingga komunitas bertumbuh kian solid. Semoga ziarah rekreasi ini pun jadi sarana memperkuat komunitas yg solid demi pelayanan umat di KP (....mari kita bawa pulang semangat ini utk umat kita di KP)

Sesudah ekaristi, ngobrol dan berdoa di dlam gereja. Akhirnya kami memutuskan utk pamit utk makan siang dan melanjutkan perjalanan. Dlm kesempatan ini, kami bertemu dgn Rm. Zakarias, Pr. Kami makan siang di RM. Heppy bersma dgn Rm. Iwan (lokasi RM dekat gereja).. To be continued...
To be continued...

Setelah kenyang...kira2 pkl 13.00 kami meluncur ke Taman rekreasi Phak Kak Liang (2 Km dr jalan raya). Taman ini dibangun di tanah bekas galian timah. Bangunan-bangunannya ala cina (kaya klenteng) yg dibuat sedemikian rupa ada di atas danau. Tidak lama ditempat ini, kami meluncur ke Pantai Matras (satu jalan menuju hotel Parai). Di Pantai Matras pun kmi hanya rehat sebentar utk sekedar duduk2, ngobrol santai lalu lanjut ke hotel utk istirahat (pukul 15.00). 

Ini Gereja Gedung Bioskop (Kata mo Deddy)

Tepat pukul 17.00 kami berangkat ke paroki sungailiat. Waktu tempuh kurng lebih 15 menitan. Di sini kami bertemu dgn Rm. Krist, MSF (tahbisan tahun 1997) dan Rm. Budi, MSF(dia angkatane mo deddy dan mo dimas, hanya ditahbiskan 2012). Inilah Gereja Bunda Pengantara Segala Rahmat. 

Dalam peziarahan awali, lokasi gereja kerap berpindah-pindah : ekaristi di SD, SMP. Kini gereja menempati bangunan bekas gedung bioskop yg lama tidak beroperasi. Gedung bioskop ini dibeli gereja dan diubah menjadi tempat peribadatan (kendati bangunan fisiknya tak diubah). Umat paroki Bunda Pengantara Segala Rahmat kurang lebih 2000 an jiwa. Sementara mayoritas masyarakat sungailiat adl Kong Hu Cu.

Umat merayakan ekaristi harian setiap pagii (senin - rabu), kamis dan jumat I misa sore, sabtu misanya pagii. Misa mingguan dilayani 2 kali, sabtu dan minggu.
Sesudah kunjungan, kami makan mallam di RM. Mei Ching.

Mallam terakhir di Parai - Bangka

Ini mallam terakhir kami di Parai. Kami sungguh-sungguh merayakan persaudaraan kami di sini. Bentuk persaudaraan itu kami buat dgn perjamuan (sekedar minum dan snack) sederhana di depan kamar hotel di Parai. Kami duduk melingkar, berbagi kisah, bahkan ada kesaksian dan pengakuan sembari haha hihi....sekali lagi kami tersemangati persaudaraan kami. Semoga kmi kian bertumbuh menjadi komunitas yang solid.....kini atau nanti dalam karya2 kami dan seterusnya demi keuskupan kami....

Perjamuan mallam ini usai....dan diakhiri dgn pujian syukur kepadaMu.....zzzzz

Fifth day
Inilah keajaiban : Yang terbatas dientaskan lantas berbagi dalam kehidupan
The Last Story of Bangka-Belitung on monday - friday, April, 08 up to 12, 2013

09.00 kmi meluncur ke katedral. Tiba di katedral pukul 09.55 dilanjutkan dgn eksristi di Gereja Katedral. 

Mukjizat - keajaiban terjadi dalam keterbatasan. Kisah injil : Yesus menyuruh orang2 duduk di atas rumput simbol orang yg miskin, roti juga simbol kemiskinan (harga yg murah). Mukjizat - keajaiban tidak datang dr kelimpahan. Kisah Injil memberi inspirasi soal Ekaristi sbg persekutuan dimana di dalamnya ada saling berbagi setiap pribadi. 
Ekaristi ini menjadi penutup peziarahan kami di Belitung-Bangka. Kami yakin akan keajaiban Allah dlm hidup kami pun dlm keterbatasan2 kami. Keajaiban Allah yang kami bagikan dlm karya pelayanan kami di Keuskupan Purwokerto. Inilah mukjizat Ekaristi selama rekreasi tahun ini : kian menyadari dan mengalami kesatuan dgnNya (dr yg terpecah2), diambil dan diberkati (dikumpulkan dlm kesatuan iman), dan dibagikan supaya kian menghadirkan berkat di dalam kehidupan. 

Sesudah ekaristi, kami berkunjung ke pastoran. Kami berjumpa, "say helloooww.." dgn Rm. Indrajati, Pr dan Rm. Frans, Pr (diosesan pangkalpinang).

Lokasi Katedral yg padat dan ramai

Katedral Pangkalpinang berada di tengah kota. Sekitaran gereja penuh dgn toko2, jalanan sempit dan ramai membuat arus kendaraan melaju pelan. Keadaan ini bisa memberi gambaran bagaimana situasi sekitar katedral... ramai (brisik...tiitt..tiitt-klakson.). Ini terdengar jelas saat kami merayakan ekaristi yg dipimpin oleh Rm. Ratman. 

Selain toko-toko yg berjajar di sepanjang jalan menuju katedral. Tidak jauh dr katedral terdapat sekolah katolik yg dikelola oleh para Bruder Budi Mulia mulai dari TK, SD sampai SMP. Keberadaan sekolah ini turut memberi andil atas suasana sekitar katedral. Lihat saja mobil-mobil yg mengantar dan menunggu anak2 bersekolah antri di halaman katedral. Mengapa? Tidak ada lahan parkir yg memadai. So, tambah riuhlah suasana katedral di siang hari. Entah bagaimana situasi mallam hari. Kami tidak tahu?

Setelah "say helloooww"-nya cukup, kami pamit dan melanjutkan acra dgn makan siang......sembari menghabiskan waktu menuju jam keberangkatan pesawat dr Bangka to Jakarta....tak lupa kami mengucapkan terimakasih atas kebaikan Pak Herman, Pak andi (+ istri), dkk yg menemani, mengantar kami selama di Bangka dan Belitung. Pokoke Tuhan memberkati orang-orang baik ini.....kami pun berpisah di Bandara Amir Bangka...... 

Peziarahan Bangka-Belitung sudah selesai tetapi kisahnya akan terus hidup

Penerbangan kami dari Bangka ke Jakarta pukul 15.35. Kami sungguh mengalami sukacita berkobar-kobar atas kasih dan cinta yg Tuhan berikan kepada kami. Kasih dan cinta melalui orang-orang yg ada bersama kami, yg kami jumpai pun alam yg Tuhan sediakan bagi kami utk dinikmati.

Peziarahan kami di Bangka-Belitung sudah selesai tetapi kisah yg tertoreh di dalamnya akan terus hidup. Kisah sukacita atas alam yg mengantar pd kekaguman tiada henti, kisah kebersamaan yg menguatkan komunitas kami, kisah persaudaraan yg mendekatkan hati, kisah iman yg hidup dan dinamis, dan kisah-kisah lain yang kami bawa pulang secara pribadi menuju kampung halaman....

Semoga hati kami kian berkobar-kobar untuk selalu menjadi saksiNya di dalam karya pelayanan kami sehingga Tuhan semakin besar dan mulia di dlm hidup kami....

Biarlah kebersamaan ini menjadi kisah yg terus hidup. Terimakasih - Selamat berkarya...

Jam 17.00, saat tulisan ini dikirim @ Bandara Soekarno-Hatta.

Tuhan memberkati. 
-trikuspr-
sgl sst ada batas, sgl sst utk Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar